LADUNI
2PA09
14513907
PSIKOLOGI
“Perkembangan Kesehatan Mental dan Konsep Sehat”
- SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
Secara
etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau “mentis”
artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung
dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan mental
merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak
Burhanuddin, 1999: 9). Kesehatan mental (mental hygiens) adalah ilmu yang
meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta
prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan ruhani (M. Buchori dalam
Jalaluddin,2004: 154) Menurut H.C. Witherington, kesehatan mental meliputi pengetahuan
serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan Psikologi, kedokteran, Psikiatri,
Biologi, Sosiologi, dan Agama (M. Buchori dalam Jalaluddin,2004: 154) Seperti
kesehatan fisik, kesehatan mental merupakan aspek sangat penting bagi setiap
fase kehidupan manusia.
Keshatan
mental terentang dari yang baik sampai dengan yang buruk. Setiap orang, mungkin
dalam hidupnya mengalami kedua sisi rentangan tersebut, kadang-kadang keadaan
mentalnya sangat sehat, tetapi dilain waktu justru sebaliknya. Pada saat
mengalami masalah kesehatan mental, seseorang membutuhkan pertolongan orang lain
untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebut. Kesalahan mental dapat
memberikan dampak terhadap kehidupan sehari-hari atau masa depan seseorang
termasuk anak-anak dan remaja. Merawat dan melindungi keshatan mental anak-anak
merupakan aspek yang sangat penting yang dapat membantu perkembangan anak yang
lebih baik di masa depan.
1. Kesehatan Mental Pra-ilmiah
Seperti
juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak
adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak
beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana. Beratus-ratus
tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah
syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita
penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum
dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun
ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi
orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan
William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam
mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental.
2. Era Pra-Ilmiah
Kepercayaan
Animisme
Sejak zaman dulu sikap
terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif
animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasisi oleh roh-roh
atau dewa-dewa. Orang primitrif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun,
batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam
benda-benda tersebuit. Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi
karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya,
maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban.
3. Era Ilmiah (Modern)
Perubahan
yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari
animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah),
terjadi pada saat berkembangnya Psikologi Abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat,
yaitu pada tahun 1783. ketika itu benyamin rush (1745-1813) menjadi anggota
staff medis dirumah sakit Penisylvania. Dirumah sakit ini ada 24 pasien yang
dianggap sebagai ”lunaties” (orang-orang gila atau sakit ingatan).
Pada
waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan
kurang mengetahui bagaimana menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien
tersebut didukung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka
sekali-sekali digugur dengan air. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh
gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua
tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua
orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang
pencegahan
gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea
Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal duinia tanggal 17 July 1887. dia
adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap
orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama
40tahun dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang gila
secara lebih manusiawi. Dewasa ini perhatian orang-orang terhadap kesehatan
mental semakin besar. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya fasilitas
kesehatan bagi para penderita gangguan mental, keluarga yang memiliki anggota
keluarga yang memiliki gangguan mental pun sudah tidak merasa malu untuk
membawa berobat, di masa lalu anggota keluarga yang mengalami gangguan mental
dikucilkan bahkan ada pula yang dipasung.
Demikian
pula disekolah tidak lepas dari pengaruh kesehatan mental. Para pendidik
semakin menyadari perlunya pengetrapan prinsip-prinsip kesehatan mental untuk
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Justru sekolah yang mempunyai peranan
besar dalam “membentuk” manusia-manusia yang sehat badan dan jiwanya. Problem
kesehatan mental sebenarnya sudah ada sejak manusia sendiri itu ada. Sejak dulu
manusia tidak hanya mengalami sakit jasmani tetapi juga merasakan
kesedihan,tertekan dan putus asa. Dan tentu saja orang juga berusaha untuk
menyembuhkan sakit non-jasmaniahnya baik dengan cara yang rasional misalnya
dengan minta nasehat pada orang tua, orang yang dituakan atau dianggap bijak
dan dengan cara yang irasional dengan pergi ke dukun atau melakukan penyembahan
pada benda-benda yang dianggap keramat. Perkembangan kebudayaan, tekhnologi dan
ilmu pengetahuan mempengaruhi cara-cara orang untuk mengatasi problem non
jasmaniah yang semakin lama tumbuh menjadi ilmu pengetahuan sendiri.
- KONSEP SEHAT
Konsep
sehat pada masyarakat awam lebih merujuk kepada keadaan fisik jasmaniah
seseorang yaitu sehat atau sakit. Akan tetapi sesungguhnya konsep sehat tidak
hanya dari segi fisik saja, tedapat dimensi-dimensi lain seperti emosi,
intelektual, sosial dan spiritual. WHO mendefinisikan kesehatan sebagai: “…
keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan
hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan … “ (Smet,
1994). Sehat sendiri dapat dikatakan sebagai suatu kondisi normal, nyaman dan
bahagia baik secara fisik , emosi (EQ), intelektual (IQ), spritual (SQ) dan
sosial. Serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa terganggu. Sedangkan
sakit itu sendiri diartikan sebagai keadaan fisik tubuh yang terganggu yang
menyebabkan perasaan tidak nyaman dan tidak mengenakan.
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Sedangkan menurut White (1977), Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. WHO pun mengembangkan defenisi tentang sehat. Konsep sehat menurut WHO tahun 1974, menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Sedangkan menurut White (1977), Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. WHO pun mengembangkan defenisi tentang sehat. Konsep sehat menurut WHO tahun 1974, menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas
dari penyakit atau
kelemahan. Konsep-konsep kesehatan dikembangkan berdasarkan :
1. Dimensi Emosional
1. Dimensi Emosional
Menurut Goleman, emosional merupakan hasil campur dari rasa
takut, gelisah, marah, sedih dan senang. Orang yang sehat secara emosi dapat
terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan
perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak berlebihan.
2. Dimensi Intelektual
Kesehatan intelektual meliputi usaha untuk secara terus-menerus
tumbuh dan belajar untuk beradaptasi secara efektif dengan perubahan baru.
Bagaimana seseorang berfikir, wawasannya, pemahamannya, alasannya, logika dan
pertimbangnnya. Dikatakan sehat secara intelektual yaitu jika seseorang
memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki
nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
3. Dimensi Fisik
Menurut dimensi fisik, seseorang dikatakan sehat secara
fisiologis (fisik) bila terlihat normal, tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak
kekurangan sesuatu apapun. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak
merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif
tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan.
4. Dimensi Sosial
Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan
dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,
agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta
saling toleran dan menghargai. Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang
bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya mampu untuk bekerja
sama. Tingkah laku manusia dalam kelompok sosial, keluarga, pernihakan, dan
sesama lainnya, penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku.
5. Dimensi Spiritual
Spiritual merupakan kehidupan kerohanian. Dengan menyerahkan
diri dengan bersujud dengan kepercayaan agama masing-masing. Sementara orang
yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi
ketenangan jiwa dengan id mereka. Secara rohani dianggap sehat karena
pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas
kewajaran sehingga bisa berpikir rasional. Spiritual sehat tercermin dari cara
seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya
terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
- REFERENSI
0 komentar:
Posting Komentar